Sabtu, 02 April 2011

SARDI, SANG PEMABUK

Dinginnya suasana malam hari tak meredupkan hati seorang laki-laki muda untuk melakukan perbuatan maksiat, yakni meminum minuman keras. Namun sesekali di dalam dirinya muncul rasa ingin bertobat kepada Allah agar diampuni dosa yang telah diperbuatnya seraya berkata. "Ya Allah, sungguh hamba sangat merasa berdosa atas apa yang telah hambamu ini lakukan, hamba ingin bertaubat serta ingin menjauhi perbuata-perbuatan maksiat tadi"
Namun dirinya masih tidak mampu untuk melawan hawa nafsu yang ada pada dirinya untuk melakukan perbuatan syetan tadi. Akhirnya ia pun mengalirkan air haram tadi dari sebuah gelas ke dalam tenggorokannya hingga beberapa tegukan. Sehingga dirinya sempat tidak sadarkan diri akibat minuman tadi.
Dilain waktu setelah dirinya tersadar kembali bahwa perbuatan yang telah dilakukannya tadi merupakan perbuatan syetan yang amat berdosa. Maka diapun kembali meminta ampunan agar diampuni dosanya sambil mengangkat kedua tangannya serya berkata. " Ya Allah, kali ini hambamu ini sangat benar benar-benar ingin bertaubat. serta hamba memohon kepada-Mu agar hati beserta ragaku ini kembali kepada jalan yang Engkau ridhai"
Sebut saja Sardi, orang yang suka mabuk ini berlatar belakang dari keluarga yang bisa disebut tidak Harmonis. Ketika dia berumur 14 tahun, Ibu dan Bapaknya meninggalkan dirinya seorang diri.
Kehidupan jalanan, anak-anak nakal serta minuman keras menjadi pengisi kehidupannya sehari-hari. Dia tidur di emperan-emperan toko, tak kenal dingin serta mampu melawan sakitnya gigitan nyamuk jalanan.
Sewaktu dia berumur 15 tahun, dia pernah menjadi anak panti, serta pernah juga hidup di asrama khusus anak-anak nakal berdiam diri.
Setelah dia berumur 22 tahun dia pernah kabur dari tempat anak-anak nakal itu tinggal. Sebab dirinya merasa bosan serta selalu dijadikan bahan olok-olokan oleh teman-temannya pada waktu itu. Sehingga diapun terdampar di suatu desa yang amat tentram serta jauh dari yang namanya keributan.
Maka pada waktu itu dia diangkat oleh kepala desa itu untuk menjadi seorang penjaga kuburan, bisa disebut sebagai Kuncen.
Malam hari tela tiba sang suryapun telah meredupkan cahayanya. Di dalam pikiran Sardi muncul rasa yang sangat tinggi untuk melakukan perbuatan maksiat yang pernah dilakukannya pada waktu dahulu, yakni dia berkeinginan untuk meminum minuman keras lagi.
Namun dia tidak punya sepeserpun untuk membeli minuman itu. Akhirnya setiap malam hari, Sardi menggali satu kuburan dan mengambil mayatnya untuk dijual kepada mahasiswa kedokteran.
Maka, uang hasil penjualan mayat itupun dibelikannya untuk membeli minuman keras yang dinanti-nanti olehnya.
Sardi merupakan salah seorang yang sangat kental terhadap kejahatan. Namun apadaya, tanpa melakukan perbuatan seperti itu dirinya merasa tidak hidup. Maka minuman keras, mayat serta kejahatan yang lainnyalah yang menjadi penopang kehidupannya.
Disamping dia melakukan perbuatan seperti itu, dia juga sesekali merasa sadar bahwa perbuatan yang sering dirinya lakukan adalah perbuatan yang salah. Serta dirinyapun sesekali meminta do’a kepada Allah agar dosa yang telah diperbuatnya diampuni oleh-Nya.
Pada satu waktu, datang seseorang kepadanya untuk meminta mendo’akan anaknya, sebut saja dia Haji Kartono.karena Haji Kartono setiap tahunnya selalu mendapat cobaan dari Allah S.W.T. berupa cobaan penyakit yang selalu menimpa anaknya. Maka setiap dia mempunyai anak umurnya tidak terlalu lama.
Awalnya, Haji Kartono menceritakan tentang penyakit yang dialami anaknya kepada Sardi seraya mengucurkan air matanya. “Ini adalah anakku yang kelima, anak saya yang satu-satunya terkena penyakit lumpuh. Kata Dokter, anak saya tidak akan lama untuk menjalani kehidupan ini “
Maka, Haji Kartono pun berkata kembali kepada Sardi. “ Saya berharap kepada kamu Sardi, semoga dengan do’a yang kamu limpakan Allah akan mendengarnya serta menyembuhkan penyakit anak saya”
Namun Sardi kembali berkata kepada Haji Kartono. “Kenapa mesti saya yang harus mendo’akannya ? seharusnyakan bapak yanglebih pantas untuk mendo’akan anak bapak. Mala bapak yang pernah jiara ke makam Nabi, sedangkan saya hanya seorang yang kotor, yang pernah hidup di tempat anak-anak nakal”
Tapi Haji Kartono terus memujuknya supaya Sardi mendo’akan anaknya seraya berkata. “ Saya terus berdo’a dibarengi shalat malam, puasa, serta , melakukan ibadah sunnah lainnya. Yapi belum satupun do’aku yang diijaba ole-Nya. Semoga saja dengan do’amu Sardi, Allah akan mendengar serta mengijabahhnya”
Maka dengan perkataan seperti itu, Sardi pun mengangkat kedua tangannya seraya berkata. “Ya Allah , sembuhkanlah penyakit yang ada pada anak Haji Kartono ini. Karena tidak ada penyembuh selain Engkau”, setela Haji Kartono meminta mendo’akan anaknya kepada Sardi diapun hendak melangkahkan kakinya untuk pergi pulang kerumahnya.
Keesokan harinya pada waktu siang, Haji Kartono mendatangi kembali kepada Sardi untuk berterima kasih karena sudah mendo’akan anaknya yang sudah kembali pulih dari penyakitnya. Namun setelah dirinya mencari Sardi kemana-mana dia (Haji Kartono mendapatkan informasi dari penduduk setempat bahwa Sardi telah kembali kerahmatullah tadi pagi’
Sardi meninggal setelah terus berdo’a kepada Allah. “Ya Allah, aku menyerakan segala kekurangan yang ada pada diriku. Aku menyerahkan segala iradahku anya kepada-Mu. Dengan adanya-Mula aku dapat hidup dan mati”
Sardi yang kini yela tiada, menggambarkan satu manusia yang merasa dirinya hina, kotor yang selalu berbuat kesalahan tapi dirinya selalu meminta diampuni seluruh dosanya.


-Bandung,01 April 2010 jam 16:37-

*cerpen ini ditulis untuk memenuhi tugas Bahasa Indonesia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar